Hidup di negeri rantau memang tak semudah yang dibayangkan. Terpisah dengan keluarga terutama ayah dan bunda bukan suatu yang menyenangkan. Namun, tujuan merantau tiada lain dan tiada bukan adalah untuk membuat mereka bahagia demi berbakti kepada keduanya. Apapun tujuannya, entah untuk bekerja atau untuk menuntut ilmu. Semua tak terlepas dari keinginan untuk membahagiakan mereka, terlebih pada saat mereka masih mengirimi kas bulanan kepada anak tercinta. Adakah keinginan mengecewakan mereka di negeri rantau?
Semua orang tua menginginkan agar anak-anak mereka menjadi
anak yang sholih dan sholihah serta bermanfaat bagi orang-orang disekitarya.
Mereka menginginkan sebuah perubahan pada prilaku, tidak lagi menjadi seorang
anak kecil yang hanya tahu dengan dunia bermain. Tapi, menjadi seorang yang
lebih dewasa dalam bertindak maupun berpikir.
Seseorang dapat dikatakan dewasa, apabila dia mampu
membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah.
Tapi, itu semua tak cukup menjadi penilaian seseorang dikatakan dewasa. Dia
dewasa ketika mampu menjadikan dirinya teladan bagi orang-orang disekitarnya
dengan berbagai akhlak terpuji yang menghiasi pribadi. Salah satu akhlaq
terpuji tersebut adalah berbakti kepada orang tua.
Bagi seorang perantau, berbakti kepada orang tua tak
semudah seorang yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Jika orang yang
tinggal bersama kedua orang tuanya, setiap saat dan kapanpun dia mampu berbakti
kepada keduanya dengan cara berbuat baik langsung kepada mereka. Namun, bagi
para perantau, apakah bisa berbuat baik langsung kepada mereka? Padahal,
terpisahkan oleh jarak dan tempat yang berbeda?
Inilah salah satu cara termudah untuk berbakti kepada
mereka walaupun di negeri rantau. Cara tersebut yakni dengan selalu menyempatkan
diri menghubungi mereka walaupun hanya sebentar. Ditengah-tengah kesibukan anak
rantau sekiranya masih mampu meluangkan waktu beberapa menit untuk bisa
menghubungi ayah dan bunda.
Zaman sekarang teknologi telah mempermudah manusia. Inilah
salah satu kebaikan dari teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh setiap insan.
Dengan menggunakan handphone dimanapun dan kapanpun berada mampu menghubungkan
komunikasi diantara dua orang atau lebih tanpa harus bertatap muka.
Hubungilah mereka walaupun hanya dengan sebaris kata lewat
pesan singkat. Beritahukan kabar dan tanyakan kabar mereka. Semoga saja kita
yang bertanya dan mereka yang menjawab selalu berada dalam lindungan-Nya dan
diberikan kesehatan sehingga akan merasakan kebahagiaan kembali pada saat
berjumpa.
Alangkah lebih baik lagi, jika kita merelakan sedikit pulsa
yang dimiliki untuk menelpon baik ayah atuapun bunda. Setidaknya,
memberitahukan bahwa kita sedang dalam kondisi sehat dan baik-baik
saja. Lewat telpon, kita bisa mendengarkan kembali suara beliau (ayah atau
bunda) yang sudah mulai menua dimakan oleh perputaran waktu.
Mereka hanya ingin mengetahui keadaan kita ketika berada di
rantau orang. Ayah dan bunda setiap hari bertanya-tanya, apakah anakku sehat
dan baik-baik saja disana?
Dengan menghubungi mereka adalah jawaban yang diharapkan
yang terlontar langsung dari anak tercinta. Jawaban dari kegelisahan dan
kegundahan mereka terhadap anak yang telah dididik hingga dewasa yang kini
berada jauh dari kampung halaman.
Secara tidak langsung hati mereka berkata-kata.
“Nak, hubungilah kami walau sebentar”
Terkadang, kita sebagai anak yang hidup di negeri rantau,
terlena dengan berbagai aktivitas. Sehingga,melupakan orang yang dari kejauhan
selalu memikirkan dan mendoakan agar senantiasa berada di dalam lindungan dan
nuangan-Nya.
Masihkah kita tak mau berbakti kepada mereka? Walaupun raga
ini telah terpisahkan oleh lautan dan pulau-pulau. Tak sadarkah selama ini
untaian doa-doa terucap di bibir seorang yang sejak kita lahir hingga sekarang
tak pernah meminta sepeser pun untuk mengganti biaya yang telah habis mereka
gunakan?
Tak ada alasan untuk tetap berbakti kepada keduanya. Begitu
besar pengorbanan dan susah payah mereka membesarkan anak yang kini tidak
berada di dekat keduanya.
Apalah yang mereka inginkan disisa-sisa umur yang semakin
hari semakin mendekati pada ujung dari kehidupan? Akankah kita berbakti setelah
mereka tiada?
Getaran suara yang kita berikan lewat sinyal telpon yang
ditangkap oleh telinga mereka, itulah yang diinginkan. Mereka ingin tetap
mendengar suara kita walaupun tak bisa menatap langsung dengan sang buah hati.
Kita rela pulsa di handphone habis terbuang hanya untuk
mengirimkan pesan kepada orang-orang yang tidak berpengaruh penting terhadap
kehidupan atau kita pun mampu membuang pulsa beberapa ribu hanya untuk
digunakan menelpon sesama teman. Tapi, mengapa kita tak rela menghabiskan pulsa
walau hanya dengan mengirimkan pesan singkat kepada kedua orang tua?
Berbakti tak mengenal tempat dan waktu. Dimanapun dan
kapanpun selagi diri ini masih mampu menghirup dan menghembuskan nafas maka
bakti kepada orang tua tak akan pernah terlepaskan pada diri seorang insan.
Sampai kapanpun seorang anak tak akan mampu membalas secara
penuh segala hal yang telah diberikan oleh orang tua kepada dirinya.
Setidaknya, lewat berbakti kepada mereka adalah salah satu jalan untuk membalas
kebaikan, pengorbanan dan jerih payah yang mereka berikan kepada kita walaupun
hanya sebagian kecil.
Hubungilah mereka selagi kita masih bisa menghubungi
mereka. Apa yang bisa diperbuat oleh diri ini jika mereka telah pergi untuk
selamanya? Tak sadarkah kita selama ini bahwa mereka menantikan kabar dari jauh
walau hanya lewat suara atau kata-kata yang tertulis di dalam pesan singkat?
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman : 14)